Jumat, 09 Desember 2011

Review Novel - Edensor karya Andrea Hirata


Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba mereview sebuah novel EDENSOR karya seorang novelis yang mengagumkan yaitu Andre Hirata. Yang mana menurut saya ini adalah sebuah novel sangat bagus, sangat menggugah hati, sangat menantang saya untuk menjalani kehidupan walau sesulit apapun, sangat memotivasi saya untuk bermimpi setinggi-tingginya sekaligus menggapainya.

Edensor adalah novel tetralogi Laskar Pelangi yang ketiga setelah Sang Pemimpi. Novel ini menceritakan bagaimana seorang anak kampong yaitu Ikal dan Arai mengarungi kehidupan sebagai mahasiswa di benua eropa tepatnya di Universitas Sorbone Paris, Francis.

Andrea Hirata menurut saya sangat sukses membuat pembacanya apalagi orang seperti saya terpesona akan karyanya ini, dimana kata-katanya membuat saya termotivasi, terkagum-kagum akan kejeniusannya dalam menuangkan kata-kata, tak salah jika orang-orang mengatakan bahwa beliau adalah seniman kata-kata.

Sangat berkesan bagi saya ketika membaca bab pertama pada novel ini yaitu Laki-laki zenit dan nadir. Dalam bab ini diceritakan bahwa orang yang menginspirasi seorang Andrea Hirata (Ikal) adalah Weh. Seorang pelaut yang handal namun sayang penyakit burut menggerogoti keindahan hidupnya yang berakhir akan ketidakmampuannya menanggung malu dan siksa tersebut hingga ia pun mengakhiri hidupnya sendiri. Laki-laki inilah yang untuk pertama kalinya mengajak dan mengajari ikal untuk mengarungi lautan dengan sangat berani bahkan brutal, laki-laki ini pulalah yang mengajarkan ikal tentang cara membaca rasi-rasi bintang, dan laki-laki ini juga yang mengatakan bahwa ikal terperangkap sebagai laki-laki antara zenith dan nadir. Sungguh ironis, karena ikal telah belajar mencintai hidupnya, dari orang yang membenci dirinya sendiri.

Dalam novel ini juga diceritakan bagaimana ketika Ikal dan Arai untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di eropa ketika musim dingin, berdapatasi dengan budaya yang kurang akrab, itulah kesan yang mereka tangkap. Banyangkan pada hari pertama mereka hampir kehilangan nyawanya karena harus tidur beralaskan salju dan beratapkan langit di suhu minus 9 derajat celcius, menegangkan.

Dan bagian yang paling hebat dalam novel ini adalah ketika Ikal dan Arai bertekad untuk mengarungi eropa dengan cara backpacker, berencana untuk menaklukkan eropa, menantang badai, ingin terbakar akan panas matahari, ingin layu tergerogoti dingin. Dan uniknya mereka melakukan perjalanan ini dibiayai dengan cara menjadi manusia patung, mengagumkan. Senang dan susah mereka lewati ketika menjelajahi eropa, disini diceritakan bagaimana mereka harus melewati rusia yang luas dan keadaan penduduk yang kurang ramah, bagaimana ketika mereka harus tidur digereja sembari makan dari sedekah warga setempat, ada juga pertemuan mengharukan dengan warga Indonesia yang telah lama tinggal di eropa, dan lain-lain.

Ada beberapa pesan yang sangat menggugah saya pada novel ini, diantaranya adalah “Jika kita telah berupaya menemukan sesuatu,dan pada titik akhir upaya itu hasilnya masih nihil, maka sebenarnya kita telah menemukan apa yang kita cari dari dalam diri kita sendiri, yakni kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apapun keadaannya”. Ada juga hipotesa dari Harun Yahya yang bagus yaitu “Hidup dan nasib bisa Nampak berantakan, misterius, fantasis dan sporadis. Namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun diatas dunia ini yang terjadi karena kebetulan, dan itu adalah fakta penciptaan yang tak terbantahka.


1 komentar: